Senin, 09 Mei 2016

TIDAK MUDAH MENJADI GURU

Standard
Ratih Rahmayati
Penulis
Ada sebuah pribahasa, Guru kencing berdiri Murid kencing berlari-lari adalah sebuah pribahasa yang menggambarkan seseorang yaitu Guru. Menurut peribahasa itu pula dapat diartikan bahwa seorang guru segala tingkah lakunya, tutur katanya dapat ditiru oleh anak didiknya. Disinilah letak permasalahannya bahwa sesosok guru harus bisa menjadi Role Model atau contoh yang baik atau suri tauladan bagi anak didiknya, karena anak didiknya akan meniru apa yang dilakukan oleh gurunya.

Sebagai contoh, seorang guru sedang menghadapi seorang anak yang sedang membuat onar di kelas ketika sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar, saking kesalnya guru tersebut mengeluarkan kata-kata seperti ini : “Maneh teh geus belet bangor deuih !” ( “Kamu itu sudah nakal bodoh lagi!). Nah kata-kata bodoh dan nakal itulah tanpa sadar akan terekam oleh otak anak tersebut, bahwa dirinya itu bodoh dan nakal, sehingga pabila suatu hari anak tersebut memaki orang lain atau temannya dengan bodoh dan nakal maka tidaklah menjadi heran karena gurunya mengajari anak didiknya ucapan dan makian.

Selain itu yang akan terjadi pada pribadi anak tersebut akan terekam bahwa dirinya itu memang bodoh dan nakal maka dia akan berbuat lebih nakal dan lebih bodoh lagi, karena gurunya telah memberi label atau cap sebagai anak bodoh dan nakal. Itu barulah contoh dari kesalahan lisan seorang guru, belum dilihat dari tingkah laku guru, ada kala seorang guru membuang puntung rokok dimana saja atau sembarangan, maka jangan heran kalau saat kita sebagai guru akan melihat anak didik kita sedang merokok masih lenkap dengan baju seragam sekolahnya lalu sisa puntung rokok yang habis dihisapnya lalu dilempar begitu saja persis dengan apa yang pernah diperontonkan gurunya,

                Guru..!...Guru, digugu dan ditiru, diyakini kalau ucapan guru ibarat ucapan raja bak petuah dewa yang harus dilaksanakan dan tingkah lakunya harus diturutkan. Ada kalanya seorang anak didik akan lebih takut pabila tidak menuruti perintah gurunya dibandingkan dengan tidak menuruti nasehat orang tuanya. Sebagai contoh, seorang anak diberi tugas oleh gurunya untuk membuat prakarya dengan bahan-bahan yang memang harus dicari di lingkungan sekitar, si anak tersebut akan segera mencari bahan-bahan untuk membuat prakarya dengan segera bahkan berlomba untuk menciptakan prakarya yang bagus agar nilai yang didapat memuaskan dan sebagai mana lumrahnya pabila salah satu bahan tidak didapat maka semua anggota keluarganya sibuk mencari bahan tersebut begitupun dengan kedua orang tuanya.  Tetapi bukti nyata, tatkala seorang anak disuruh oleh ibunya untuk membeli sesuatu di warung, si anak akan berkata : “ Iya nanti dulu,...!” atau “ Sebentar ma...!” padahal yang menyuruh adalah ibunya yang mengandungnya, yang melahirkannya!..???

                Dari kedua contoh nyata tersebut, betapa menjadi seorang guru yang baik dalam artian guru yang mampu memberi  teladan, tidaklah mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh kesadaran bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang mulia, apalagi di zaman seperti sekarang ini, dimana arus globalisasi begitu derasnya mempengaruhi semua aspek kehidupan dan salah satu diantaranya adalah dunia pendidikan dimana seorang guru bernaung di dalamnya.

Kiprah seorang guru sekarang ini di tuntut tidak hanya mentransfer ilmu tetapi dituntut pula untuk mendidik anak didiknya agar mampu berkiprah dan mempunyai moral yang baik di masa yang akan datang, yang tentu saja hal ini tidaklah mudah. Sebagai contoh dalam penguasaan bahasa asing, anak-anak sekarang ini mampu menguasai bahasa asing dengan hanya keseringan main games atu nonton film asing, yang kedua adalah penguasaan IPTEK atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, ditengah arus modernnisasi dimana tugas manusia dapt digantikan oleh mesin, masih banyak guru yang belum menguasai IPTEK sama sekali, misal Laptop. 

Laptop di dunia pendidikan sangatlah membantu dalam menyelesaikan administrasi kelas atau sekolah tetapi pada kenyataannya, jangankan untuk mengoprasikan laptop, menyalakan tombol nya pun masih kebingungan, menggeserkan mouse pun tidak mampu dengan alasan takut salah pijit. Sedangkan anak didik kita bukan hanya tau arti dari bahsa asing tersebut tetapi mampu berbicara dengan fasih bahasa asing tersebut. Begitupun dengan mengoprasikan saja tetapi mereka mampu merangkai mesin laptop sekalipun.

                Dan yang paling booming sekarang ini adalah internet.  Dulu di tahun 90 an, internet masih menjadi sesuatu yang aneh dan tentu saja memerlukan biaya yang tidak murah karena tidak dapat di akses disembarang tempat hanya di tempat-tempat tertentu saja tetapi sekarang? Internet sudah masuk desa lewat kemajuan teknologi, bahkan internet dapat diakses dengan mudah dimana saja melalui telepon genggam atau handphone. Itu semua adalah tantangan bagi seorang guru yang digugu dan ditiru. Kita sebagai seorang guru sebagai pendidik mau tidak mau harus mengikuti perkembangan zaman, artinya kita harus menguasai bahasa asing dan IPTEK untuk mengimbangi anak didik kita karena pengaruh negatifnya akan berdampak langsung pada moralitas anak didik kita. Jangan sampai karena ketidak tahuan kita sebagai guru terhadap teknologi maka kita hanya akan menjadi penonton rusaknya moral anak dan kita tidak mampu berbuat apa-apa tatkala virus HIV dan AIDS menjangkiti anak didik kita akibat dari pergaulan bebas yang diajarkan di dunia internet. Atau terbalik, karena pengaruh internet, seorang guru dapat melakukan perbuatan asusila pada siswanya, sehingga apa yang menjadi peribahasa Guru kencing berdiri Murid kencing berlari-lari akan berubah menjadi Guru kencing berdiri Murid berdiri mengencingi guru.

                Dari beberapa permasalahan di atas maka sungguh tidak mudah menjadi guru, guru disini artinya guru yang patut diteladani. Guru pun adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Tetapi manakala kita renungkan kembali apa ayng menjadi tujuan kita ketika diawal berkeinginan menjadi guru, tentulah kita akan termotivasi bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang mulia yang patut dibanggakan, guru dapat mengubah peradaban dunia, guru dapat mencetak generasi baru yang lebih handal, bahkan seirang sejarahwan mengatakan: Guru adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Guru Bak Pelita Penerang Dalam Gulita.  Jelaslah bahwa tanpa Guru sebuah negara tidak akan maju, tanpa guru tidak akan ada orang-orang hebat, tanpa guru tidak akan ada orang –orang yang menguasai IPTEK, tanpa guru tidak akan ada generasi penerus peradaban dunia, tanpa guru tidak akan ada peradaban generasi yang bermoral.

                Betapa mulianya jasa guru, maka sudah sepantasnya kita merubah pola pikir kita ( mine set ) kita sebagai guru. Kita sebagai guru lah yang harus pertama kali harus menguasai IPTEK, menguasai perkembangan bahasa asing dengan banyak meng-upgrade pengetahuan melalui seminar-seminar, workshop, pelatihan-pelatihan, lokakarya dan lain sebagainya. Gurulah yang harus mengendalikan itu semua agar kita beberapa langkah lebih maju dibandingkan dengan anak didik kita.

                Dengan kita menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, selain mempermudah pekerjaan kita juga mampu mengefektifkan waktu,  merencanakan pembelajaran dengan efektif, menambah pengetahuan dengan lebih cepat.

                Saya sebagai penulis juga seorang guru yang belum tentu baik dimata orang lain, tulisan ini hanya untuk perenungan saja dan bukan maksud untuk menggurui. Semoga apa yang disampaikan dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya.




Sabtu, 07 Mei 2016

Makna dan Fungsi Relationship Dalam Inovasi Pembelajaran

Standard
Rati Rahmayati
ABSTRAK

Jurnal ini membahas tentang Makna dan Fungsi Relationship Dalam Inovasi Pendidikan. Tujuan ini adalah untuk mengetahui apa makna dan fungsi serta sejauh mana relationship dapat diterapkan dalam Inovasi

Agar jurnal ini mencapai sasaran yang diinginkan dalam penulisan jurnal ini digunakan tehnik pendekatan teoritis maupun secara praktis melalui penelaahan buku, aneka literatur, pengalam pribadi penulis di lingkungan kerja, media cetak/media elektronik, melalui internet. Kemudian diambil dan dibandingkan antara teori dan kenyataan serta langkah-langkah selanjutnya yang akan diambil.

Data yang dikumpulkan disusun kemudian di analisa, hasilnya diperoleh bahwa makna dan fungsi relationship dalam inivasi pendidikan sangatlah penting dan dapat meningkatkan mutu pendidikan, melalui kerja sama, terutama diantara sekolah dan masyarakat. Dengan adanya relationship diharapkan tujuan pendidikan yang berbasis dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dapat terlaksana dengan baik.

         

KATA KUNCI

Relationship , Inovasi ,






PENDAHULUAN



            Hubungan anatara sekolah dan masyarakat adalah sebuah proses komunikasi antara sekolah dan masyarakat yang mempunyai maksud dalam usaha memajukan sekolah. Sehingga sekolah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan serta dalam pendidikan.

            Dasar hukum pentingnya peran serta masyarakat dalam pendidikan, termaktub dalam pasal 54 UU Sisdiknas. Dan keikutsertaan masyarakat dalam peningkatan mutu pelayanan pendididkan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

            Dalam kaitannya dengan sistem pendidikan yang demokratis memberikan ruang yang lebih besar kepada masyarakat dan penyelenggara pendidikan untuk berparstisipasi dengan lebih nyata. Masyarakat bukan lagi hanya menjadi subyek yang pasif akan tetapi menjadi subyek aktif dalam keseluruhan sistem pendidikan dengan ikut menentukan arah dan kebijakan, merumuskan strategis, sasaran, dan tujuan pendidikan serta ikut terlibat aktif dalam pelaksanaannya.

            Dengan demikian, pendidikan merupakan arena yang tepat untuk mewujudkan cita-cita dan impian masa depan, sehingga berbagai inovasi pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan kultural dan sosial budaya masyarakat terus meningkat. Semakin tinggi kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan telah memperkaya upaya pencarian model-model pendidikan yang tepat, sehingga telah melahirkan kekayaan pengalaman teoritis dan praktis sebagai bagian dari aksi kultural serta transformasi sosial ( H.A.Rusdiana ).

         





 PEMBAHASAN


A.    Makna Relationship dalam Inovasi Pendidikan.


            Inovasi ( Innovation ) adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang diarasakan atau diamati sebagai hal baru bagi seseorang atau sekelompok orang ( masyarakat ), baik berupa hasil invention maupun discovery. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau memecahkan masalah tertentu.

            Tujuan yang direncanakan harus dirinci dengan jelas tentang sasaran dan hasil-hasil yang ingin dicapai, yang sedapat mungkin dapat diukur untuk mengetahui perbedaan antara keadaan sesudah dan sebelum inovasi dilaksanakan. Begitu pula dalam pendidikan, tujuan inovasi itu sendiri adalah efisiensi dan efektivitas, mengenai sasaran jumlah anak didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan yang sebesar-besarnya ( menurut kriteria kebutuhan anak didik, masyarakat, dan pembangunan) dengan menggunakan sumber tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah dalam jumlah sekcil-kecilnya. Hasil inovasi tidak selamanya baik, dapat sebaliknya ataupun tidak penting. Bilamana demikian, apa yang semula dianggap sebagai inovasi setelah diuji, baik secara teoritis maupun secara praktis, tidak lagi dianggap sebagai inovasi seperti disebutkan semula.

            Dari uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan inovasi di bidang pendidikan adalah usaha mengadakan perubahan dengan tujuan untuk memperoleh hal yang lebih baik dalam bidang pendidikan.

            Pendidikan itu sendiri adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan. Berikut contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen yang dikemukakan B.Miles :

·         Pembinaan Personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial tentu menentukan personil (orang ) sebagai komponen sistem.

·         Banyaknya personil dan wilayah kerja. Sistem sosial tentu menjelaskan tentang berapa jumlah personalia yang terikat dalam sistem serta dimana wilayah kerjanya.

·         Fasilitas fisik. Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan menadayagunakan berbagai sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan.

·         Penggunaan waktu. Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan penggunaan waktu, misalnya pengaturan waktu belajar ( semster, caturwulan, dsb ).

·         Perumusan tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang jelas, misalnya jenis sekolah : SD, SLB, SMP, SMA, SMK, dsb.

·         Prosedur. Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan, misalnya Kurikulum, Renacana Pembelajaran, dsb.

·         Peran yang diperlukan. Dalam sistem sosial termasuk sistem pendidikan diperlukan kejelasan peran yang diperlukan untuk memperlancar jalannya pencapaian tujuan inovasi, misalnya peran guru sebagai pengguna media.

·         Wawasan dan perasaan. Dalam interaksi sosial biasanya berkembang suatu wawasan dan perasaan tertentu yang akan menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. Misalnya perasaan cinta pda profesi sebagai guru.

·         Bentuk hubungan antar bagian ( mekanisme kerja ). Dalam sistem pendidikan perlu ada kejelasan hubungan  antara bagian atau mekanisme kerja antara bagian dalam pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan.

·         Hubungan dengan sistem yang lain. Misalnya dalam pelaksanaan kegiatan tertentu sperti KKN, PPL, dsb.

·         Strategi. Dalam hal ini ialah tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan, misal: Desain, Kesadaran Perhatian,Evaluasi, dan Percobaan.

Dari komponen-komponen tersebut diatas tergambar dengan jelas bahwa Inovasi Pendidikan dalam tujuannya, diperlukan kerja sama atau Relationship baik di dalam internal lembaga, antara lembaga lain, dengan pemangku kebijakan dalam hal ini sebagai Stakeholder juga dengan masyarakat pada umumnya.

Dalam buku yang berjudul Konsep Inovasi Pendidikan karangan H.A. Rusdiana, Nicocolo Machiavelli menyatakan, “ Tiada pekerjaan yang lebih susah merencanakannya, lebih meragukan keberhasilannya dan lebih berbahaya dalam mengelolanya, daripada menciptakan suatu pembaharuan.......Apabila lawan telah merencanakan untuk menyerang inovator dengan mengerahkan kemarahan pasukannya, sedangkan yang lain hanya bertahan dengan kemalasan, inovator beserta kelompoknya seperti dalam keadaan terancam”

Pernyataan tersebut menunjukkan betapa beratnya tugas inovator dan betapa sukarnya menyebarkan inovasi. Banyak orang mengetahui dan memahami sesuatu yang baru, tetapi belum mau menerima apalagi melaksanakannya. Ternyata ada jarak antara mengetahui dan mau menerapkannya serta menggunakan atau menerapkan ide yang baru tersebut. Oleh karena itu, dalam proses penyebaran inovasi timbul masalah, yaitu cara untuk mempercepat diterimanya suatu inovasi oleh masyarakat ( sasaran penyebaran inovasi ). Untuk memecahkan masalah tersebut diperlukan suatu proses komunikasi antara lembaga pendidikan dengan warga masyarakat, adanya hubungan timbal balik sehingga melahirkan Keputusan Inovasi.

Hubungan atau komunikasi secara sederhana dapat diartikan sebagai proses penyampaian berita dari seseorang ke orang lain. Dari penjealasan-penjelasan tersebut diatas jelas sudah makna dari Relationship dalam Inovasi Pendidikan adalah adanya jalinan kerja sama diantara semua komponen sistem pendidikan baik secara internal lembaga ataupun dengan antar lembaga, lembaga dengan masyarakat untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan. Dalam hal ini perubahan pendidikan ke arah yang lebih maju lebih modern, memiliki akuntabilitas, memiliki potensi unggul dan memiliki daya saing.  Begitu juga dengan sekolah, suatu sekolah bisa dikatakan sukses jika mampu mendapatkan kepercayaan dari masyarakat karena bagaimanapun juga pendidikan adalah tanggung jawab bersama.


B.     Fungsi Relationship dalam Inovasi Pendidikan.


Sekolah pada hakekatnya melaksanakan dan mempunyai fungsi ganda terhadap masyarakat, yaitu memberi pelayanan dan sebagai agen pembaharuan bagi masyarakat sekitarnya, yang disebut sebagai fungsi layanan dan fungsi pemimpin ( fungsi memajukan masyarakat melalui pembentukan suber daya manusia yang berkualitas ). Setiap aktivitas pendidikan, apalagi yang bersifat Inovatif, seharusnya dikomunikasikan dengan masyarakat khususnya orang tua siswa, agar mereka mengerti mengapa aktivitas tersebut harus dilakukan oleh sekolah dan pada sisi mana mereka dapat berperan membantu sekolah dalam merealisasikan program inovatif tersebut.

     Beberapa teknik meningkatkan keterlibatan berbagai pihak dalam menyelenggarakan pendidikan adalah sebagai berikut :

·         Layanan masyarakat. Dalam hal ini lembaga pendidikan harus mempelajari kebutuhan masyarakat dan berusaha memberikan layanan yang terbaik untuk masyarakat.

·         Program Pemanfaatan Alumni Sekolah. Lembaga bisa melibatkan alimni-alumni yang sukses sebagai pembicara dalam seminar-seminar atau kegiatan lain untuk meningkatkan semangat siswa-siswanya.

·         Masyarakat sebagai Model. Masyarakat sebagai model siswa di sekolah, terutama masyarakat yang telah berhasil dalam kehidupannya.

·         Open House. Lembaga Pendidikan secara terbuka bersedia diobservasi oleh masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui penyelenggaraan pendidikan di lembaga tersebut.

·         Pemberian kesempatan kepada masyarakat. Lembaga memberi kesempatan kepada masyarakat untuk ikut terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan.

·         Masyarakat sebagai sumber informasi. Lembaga selalu mencari isu-isu dalam masyarakat guna mengembangkan lembaganya.

·         Diskusi panel. Siswa, orang tua, staf dan pekerja mengadakan pertemuan untuk menindak lanjuti kegiatan hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat.

       Sarana-sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan relationship dalam Inivasi Pendidikan :

·         Sistem Visual yaitu sistem komunikasi dengan mempergunakan alat-alat yang dapat dilihat dengan panca indra seperti : majalah, surat kabar, poster, gambar dan lain sebagainya.

·         Sistem Audio yaitu dengan menggunakan alat-alat yang berhubungan dengan indra pendengaran seperti : rapat-rapat, kontak dengan telephone, dan lain sebagainya.

·         Sistem audio-visual yaitu sistem komunikasi dengan mempergunakan alat-alat indra penglihatan dan pendengaran seperti : televisi, film dan lain sebagainya.


        Hubungan Sekolah dengan Masyarakat atau relationship dalam Inovasi Pendidikan dapat pula dalam  bidang administrasi. Pengertiannya sebagai berikut: seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan dengan sungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinue untuk mendapatkan simpati masyarakat pada umumnya dan dari publik pada khususnya dijabarkan dalam Tugas Pokok sebagai berikut :

·         Memberikan informasi dan menyampaikan ide atau gagasan kepada masyarakat atau pihak-pihak yang membutuhkannya.

·         Membantu pemimpin yang karena tugas-tugasnya tidak dapat memberikan secara langsung informasi kepada masyarakat atau pihak=pihak yang membutuhkannya.

·         Membantu pemimpin dalam mengembangkan rencana dan kegiatan lanjutan yang berhubungan dengan pelaksanaan keada masyarakat sebagai akibat dari komunikasi timbal balik dengan fihak luar yang ternyata menumbuhkan harapan untuk penyempurnaan kegiatan yang telah dilakukan oleh lembaga pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

·         Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang masalah pendidikan.

·         Membantu Kepala Sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh bantuan dan kerjasama.

·         Menyusun rencana bagimana cara-cara memperoleh bantuan.

·         Menunjukkan pengertian keadaan pendapat umum.


Asas relationship atau kerjasama sekolah dengan masyarakat :

1.      Obyektif dan resmi.

Semua informasi atau pemberitaan yang disampaikan kepada masyarakat harus merupakan suara resmi dan instansi atau lembaga yang bersangkutan.

2.      Organisasi yang tertib dan dan berdisiplin.

Hubungan sekolah dengan masyarakat hanya kan berfungsi bila tugas-tugas organisasi atau lembaga berjalan secara lancar dan efektif serta memiliki hubungan kerjasama ke dalam dan ke luar organisasi yang efektif pula.

3.      Informasi harus bersikap mendorong timbulnya keinginan untuk ikut berpartisipasi atau ikut memberikan dukungan secara wajar dari masyarakat.

4.      Kontinuitas informasi.

Hubungan sekolah dengan masyarakat harus berusaha agar masyarakat memperoleh informasi secara kontinue sesuai dengan kebutuhan.

5.      Respon yang timbul dikalangan masyarakat umpan balik dari informasi yang disampaikan harus mendapat perhatian seepenuhnya.

Faktor-faktor pendukung pelaksanaan Relationship diantara Sekolah dengan Masyarakat :

·         Adanya program dan perencanaan yang sistematis.

·         Tersedia basis dokumentasi yang lengkap.

·         Tersedia tenaga ahli, terampil dan alat sarana serta dana yang memadai.

·         Kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan untuk meningkatkan kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.

Bentuk-bentuk relationship dalam Inovasi Pendidikan yang dapat dikembangkan sebagai berikut :

·         Di bidang sarana akademik.

·         Di bidang Sarana Pendidikan.

·         Bidang Sosial.

·         Kegiatan Karyawisata.

·         Kegiatan Olahraga dan Kesenian.

·         Menyediakan fasilitas sekolah untuk kepentingan masyarakat dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler sekolah.

Dalam Inovasi Pendidikan, Realationship atau kerja sama sangat diperlukan dan jika igin tercapainya tujuan, maka dibutuhkan komunikasi dalam jalinan kerja sama atau relationship tersebut. Proses komunikasi tersebut dinamakan dengan Difusi. Oleh karenanya, dalam Inovasi Pendidikan antara Relationship dan Difusi sangat erat kaitannya.









KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


A.    KESIMPULAN


Setelah dilakukan pembahasan tentang makna dan fungsi relationship dalam Inovasi Pendidikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :


Bagi sekolah/ lembaga Pendidikan :

·         Memperbesar dorongan mawas diri, sebab diketahui konsep pendidikan sekarang adalah oleh masyarakat, untuk masyarakat dan dari masyarakat.

·         Memudahkan meringankan beban sekolah dalam memperbaiki serta meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah.

·         Memungkinkan upaya peningkatan profesi mengajar guru.

·         Opini masyarakat tentang sekolah akan lebih positif/ benar.

·         Masyarakat akan ikut serta memberikan kontrol/ koreksi terhadap sekolah, sehingga sekolah akan hati-hati.

·         Dukungan moral masyarakat akan tumbuh terhadap sekolah sehingga memudahkan mendapatkan bantuan material.

Bagi masyarakat :

·         Masyarakat/orang tua murid akan mengerti tentang berbagai hal yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

·         Keinginan dan harapan masyarakat terhadap sekolah akan lebih mudah di sampaikan dan direalisasikan oleh pihak sekolah.

·         Masyarakat akan memiliki kesempatan memberikan saran, usul maupun kritik untuk membantu sekolah menciptakan sekolah yang berkualitas.

·         Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dalam era reformasi, dan era otonomi penyelenggaraan pendidikan sampai pada tingkat kabupaten/kota dan bahkan otonomi pada tingkat sekolah, memberikan keleluasaan bagi setiap sekolah untuk berkreasi dan berinovasi dalam penyelenggaraan sekolah. Dengan demikian diharapkan akan memacu perecepatan peningkatan mutu penyelenggaraan sekolah yang pada gilirannya mempercepat peningkatan mutu hasil belajar secara keseluruhan.


B.     REKOMENDASI

Beberapa saran yang dapat dijadikan masukan dalam relationship antara lain :

·         Hendaknya semua kegiatan harus terpadu dan terbuka, jangan sampai ada hidden agenda.

·         Dalam memelihara kerja sama haruslah secara continue atau terus menerus dan berkelanjutan.

·         Dalam semua kegiatan pemberian informasi harus dilakukan secara menyeluruh dan mencakup semua aspek.

·         Menyederhanakan komunikasi terkait informasi agar mudah terserap dan dimengerti.

·         Pola hubungan yang yang dibangun hendaknya dilakukan secara konstruktif sehingga menghasilkan timbal balik atau respon yang positif.

·         Pola hubungan harus beradaptasi denan kondisi terutama yang ada di masyarakat.

·         Optimalisasikan peran Komite Sekolah.



GLOSARIUM


Open House        :   Makna nya lembaga pendidikan secara terbuka bersedia diobservasi

                                     Masyarakat.

Relationship       : Pada hakikatnya adalah jalinan kerja sama.

Hidden Agenda  : Bermana suatu kegiatan tersembunyi atau terselubung.

Konstruktif         : Adalah tersusun dan terdiri dari komponen-komponen.

Sistem Visual    : Yaitu sistem komunikasi dengan mempergunakan alat-alat yang dapat

                                    dilihat dengan Panca indra seperti : majalah, surat kabar, poster,    

                                   gambar.

Continue           : maknanya berkelanjutan.





DAFTAR PUSTAKA


Udin Sa’ud ( 2013 ). Inovasi Pendidikan , Bandung, Alfabeta Publishing.

Daryanto, Farid Mohammad ( 2002 ). Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta. Gava Media.

H.A.Rusdiana.( 2014 ). Konsep Inovasi Pendidikan. Bandung. Pustaka Setia.

@ google : inovasipendidikan

www.google.com

Dadang Suhardan,Ridwan,Enas. ( 2014 )Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung. Alfabeta Publishing.











Class Six Plastisin

Standard
A. LATAR BELAKANG Play dough atau clay adalah nama lain dari lilin atau “malam” yang biasa digunakan anak-anak untuk bermain. Dengan play dough atau clay ini anak-anak bisa membuat aneka bentuk yang diinginkan sesuai dengan imajinasinya. Permainan ini merupakan dasar dari keterampilan menulis ( Segmun Freud ) seorang ahli dalam bidang pendidikan. Selain itu permainan ini juga dapat merangsang keterampilan motorik anak.

Di kelas VI dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA pada Kompetensi Dasar atau KD : Melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dan gerak. Yang menjadi indikator nya adalah membuktikan bahwa gaya dapat mengubah bentuk benda. Maka dibuatlah percobaan membuat paly dough atau clay dari bahan yang murah meriah dan mudah di dapatkan, salah satunya bahan dasarnya adalah terigu.

Play dough atau clay yang kita ketahui yang beredar di pasaran adalah play dough atau clay yang berasal dari bahan lilin bahkan sebagian ada yang berbahan parafin dan minyak tanah serta pewarna tekstil yang dapat membahayakan kesehatan. Selain itu harga play dough atau clay yang aman untuk kesehatan dipasaran harganya cukup mahal. Oleh karena itu dilakukan lah percobaan dari bahan yang mudah di dapatkan dan murah serta aman, yakni terigu berdasarkan hasil seraching via internet.

Yang menjadi tujuan dari pembelajaran kali ini selain membuktikan bahwa gaya dapat mengubah bentuk benda pada pelajaran IPA juga dapat di tema kan pada pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan atau SBK. Sehingga kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan dapat terlaksanakan dengan baik.

 

B. ALAT DAN BAHAN ALAT :

1. Jarum pentul

2. Mangkuk besar

3. Sendok


BAHAN-BAHAN :

1. Terigu

2. Pewarna makanan

3. Garam

4. Minyak goreng

5. air


C. CARA MEMBUAT

1. Masukan 2 sendok minyak goreng ke dalam mangkuk

2. Campurkan 250 cc air

3. Masukan satu sendok kecil garam

4. Masukan 1 sendok kecil pewarna makanan

5. Aduk hingga merata

6. Masukan ¼ terigu ke dalam adonan tadi

7. Aduk hingga kenyal dan bisa dibentuk

8. Biarkan adonan selama 10 menit

9. Adonan siap dibentuk menjadi bentuk-bentuk lucu.

D. FOTO-FOTO KEGIATAN 









Kepemimpinan yang Visioner

Standard
BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Globalisasi menuntut manusia semakin maju dan berkembang untuk mengimbangi derasnya pertumbuhan ekonomi dan teknologi. Dunia bisnis, birokrasi, pendidikan dan kesejahteraan akan semakin sulit mengimbanginya jika tidak mempunyai sesuatu yang lebih baru, dan inovatif. Dalam bidang ekonomi berbasis pendidikan, ide-ide inovatif dan capital intelektual merupakan kunci khusus dalam terwujudnya pertumbuhan ekonomi dan persaingan global. Oleh karena itu., setiap perusahaan membutuhkan pekerja yang berpendidikan tinggi untuk mengimbangi segala kebutuhan perusahaan tersebut. Perusahaan juga membutuhkan pekerja memahami konsep-konsep baru, mengaplikasikan dan memadukan dengan konsep yang lainnya.

Refleksi dari keadaan ini harus segera ditangani oleh seorang pemimpin yang mempunyai visi kedepan. John P Kotter (dalam Sudjarwadi, 2003) menyebut empat penyebab utama yang memaksa organisasi untuk berubah. Keempat faktor tersebut adalah: perubahan teknologi, integrasi ekonomi internasional., kejenuhan pasar di negara-negara maju serta jatuhnya rezim komunis dan sosialis. Faktor-faktor ini merupakan indikasi awal dari sebuah perubahan zaman dengan mobilitas yang tinggi.

Pepatah lama mengatakan bahwa cara untuk memprediksi masa depan adalah dengan cara menciptakannya. Sampai saat ini, tidak banyak manajer yang berfikir mengenai masa depan walaupun ada, mereka melakukan dengan orientasi jangka pendek, contohnya merencanakan keuntungan perusahaan tahun depan. Kurangnya pemikiran strategis jangka panjang dapat berdampak pada perkembangan perusahaan karena tujuan-tujuan jangka pendek dan pembukaan pasar untuk mencapai keuntungan mungkin tidak akan bisa mengimbangi konsep dasar kekuasaan masa depan. Visi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ingin dicapai secara ideal dari seluruh aktivitas. Visi juga dapat diartikan sebagai gambaran mental tentang sesuatu yang ingin dicapai di masa depan. Visi adalah wawasan ke depan yang ingin dicapai dalam kurun tertentu. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan global, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mncanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan mememperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.

Dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebut bahwa pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara makro pendidikan nasional berjalan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu mlakukan inovasi dalm pendidikan untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemapuan komunikasi sosial yang positif dan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh. Sedangkan secara mikro pendidikan nasional membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar (maju, cakap, cerdas, inovatif, dan bertanggung jawab), berkemampuan komunikasi sosial (tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif, demokratis), dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri.

Mewujudkan tujuan pendidikan tersebut dibutuhkan peran yang kuat dari seorang pemimpin lembaga pendidikan, dimana fungsi kepemimpinan tersebut merupakan proses dimana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif, pinpinan lembaga yang dipimpin melalui cara-cara yang positif untuk mencapai tujuan pendidikannya. Globalisasi cenderung memberikan pengaruh yang penting terhadap sifat kepemimpinan dalam semua bidang kegiatan tidak terkecali bidang pendidikan. Sementara pemimpin lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar dalam menyediakan kepemimpinan profesi yang efektif berkaitan dengan hal-hal pndidikan yang spesifik, termasuk proses belajar mengajar, dan juga menyediakan kepemimpinan organisasi yang efektif, mengacu kepada menajemen staf, sumber daya keuangan dan barang dan hubungan eksternal.

Kepemimpinan adalah suatu konsep yang sangat dekat dengan kesuksesan dalam mencapai tujuan suatu organisasi. Kepemimpin akan sangat mewarnai, mempengaruhi bahkan menentukan bagaiman perjalanan suatu organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya.

Membahas topik kepemimpinan seperti mengarungi samudera luas yang mendapat pasokan air dari ratusan sungai yang tak pernah kering. Selalu saja saja ada perkembangan dalam organisasi pada setiap jaman yang menuntut karakteristik kepemimpinan tertentu. Perkembangan teori kepemimpinan telah banyak dimunculkan oleh para pakar, antara lain: kepemimpinan karismatik, kepemimpinan militeristik, kepemimpinan situasional, kepemimpinan transformasional, hingga kepemimpinan visioner.

Pengakuan terhadap pentingnya kualitas kepemimpinan pada level lembaga kependidikan meningkat dengan tujuan untuk mencapai efektifitas lembaga pendidikan dan penelitian pengembangan yang dilakukan pada lingkungan lembaga pendidikan sebagai bagian pencapaian visi dan misi yang diemban oleh lembaga pendidikan itu sendiri. Dubin (1968:385) dalam Megan Crawford (2005:41) melihat kepemimpinan sebagai latihan otoritas dan pembuatan keputusan, sementara Fiedler (1967:8) memandang pemimpin sebagai individu di dalam kelompok yang diberi tugas untuk mengatur dan mengkoordinasi aktivitas-aktivitas kelompok yang berhubungan dengan tugas’. A.B. Susanto (2007 : 5) mengatakan bahwa tugas seroang pemimpin adalah membuat program visioning yang mampu mengutarakan visi dan misinya, pemimpin yang efektif dalam pandangan peter F. Drucker (1996) dalam Bernardine R Wijaya dan Susilo Supardo (2006:5) adalah mereka tidak bertanya apa yang saya kehendaki, melainkan apa yang perlu dilakukan, mereka bertanya apa yang dapat dan harus saya lakukan untuk membuat perbedaan, mereka selalu bertanya apa misi dan tujuan organisasi, mereka mempunyai toleransi yang kuat terhadap kebinekaan orang, tidak takut kepada kekuatan yang dimiliki rekan-rekannya, mereka memiliki keyakinan diri bahwa diri mereka adalah tipe orang yang dihormati dan dipercaya. Dengan demikian mereka memperkuat diri untuk tidak melakukan hal-hal yang populer tetapi tidak benar.

Dalam era yang sangat cepat berubah, dimana segala aspek yang mempengaruhi perkembangan organisasi menajdi begitu sangat besar pengaruhnya, kepemimpinan yang mampu berfikir jauh ke depan, mampu mengantisipasi segala perubahan dan perkembangan zaman, di era yang sangat kompetitif dan tuntutan kebutuhan yang semakin beragam, rinci dan spesifik menjadi sangat relevan. Organisasi membutuhkan kepemimpinan yang mampu mengembangkan organisasinya dengan baik sampai jauh ke depan, melampaui usia zamannya. Kepemimpinan visioner (visionary leadership) merupakan syarat mutlak bagi organisasi yang ingin berkembang sampai puluhan tahun ke depan.

Dalam makalah yang ringkas ini, penulis akan lebih focus kepada pemaparan konsep kepemimpinan visioner. Makalah akan membahas pengertian dan karakteristik kepemimpinan visioner serta langkah-langkah strategis kepemimpinan visioner dan masalah-masalah yang dihadapi dalam mengembangkan kepemimpinan visioner di SDN Mekarrahayu.


B.     Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1.      Bagaimana pengertian dan karakteristik kepemimpinan visioner?

2.      Bagaimana langkah-langkah strategis kepemimpinan visioner di SDN Mekarrahayu?

3.      Apa masalah yang dihadapi dalam mengembangkan kepemimpinan visioner di SDN Mekarrahayu?

C.    Tujuan Penulisan

Dalam penulisan makalah ini tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1.      Untuk menguraikan pengertian dan karakteristik kepemimpinan visioner.

2.      Untuk mengkaji langkah-langkah strategis kepemimpinan visioner di SDN Mekarrahayu.

3.      Untuk mengkaji masalah yang dihadapi dalam mengembangkan kepemimpinan visioner di SDN Mekarrahayu.









BAB II

PEMBAHASAN



A.    Kepemimpinan Visioner

1.      Pengertian Pemimpin Visioner

Seth Kahan (2002), menjelaskan bahwa kepemimpinan visioner melibatkan kesanggupan, kemampuan, kepiawaian yang luar biasa untuk menawarkan kesuksesan dan kejayaan di masa depan. Seorang pemimpin yang visioner mampu mengantisipasi segala kejadian yang mungkin timbul, mengelola masa depan dan mendorong orang lain utuk berbuat dengan cara-cara yang tepat. Hal itu berarti, pemimpin yang visioner mampu melihat tantangan dan peluang sebelum keduanya terjadi sambil kemudian memposisikan organisasi mencapai tujuan-tujuan terbaiknya.

Corinne McLaughlin (2001) mendefinisikan pemimpin yang visioner (Visionary leaders) adalah mereka yang mampu membangun ‘fajar baru’ (a new dawn) bekerja dengan intuisi dan imajinasi, penghayatan, dan boldness. Mereka menghadirkan tantangan sebagai upaya memberikan yang terbaik untuk organisasi dan menjadikannya sebagai sesuatu yang menggugah untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka bekerja dengan kekuatan penuh dan tercerahkan dengan tujuan-tujuan yang lebih tinggi.Pandangannya jauh ke depan. Mereka adalah para social innovator, agen perubah, memandang sesuatu dengan utuh (big picture) dan selalu berfikir strategis.

Pentingnya seorang pemimpin memiliki kemampuan menggambarkan dengan jelas tujuan-tujuan yang akan diraihnya di masa depan adalah syarat utama bagi seorang pemimpin yang visioner. Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel (2007) dalam makalahnya menyebutkan bahwa kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi yang akan menjadi daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Lebih jauh Prijosaksono dan Sembel mengatakan bahwa ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin, selain membangun suatu visi bagi organisasinya juga memiliki kemampuan untuk menjabarkan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang merupakan upaya untuk mencapai visi itu. Oleh karena itu seorang pemimpin yang visioner adalah seorang yang sangat responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya.

Dari berbagai pendapat tentang kepemimpinan visioner tersebut, penulis memandang bahwa kepemimpinan yang visioner merupakan kepemimpinan yang mampu mengembangkan intuisi, imajinasi dan kretaifitasnya untuk mengembangkan organisasinya. Dia memiliki kemampuan untuk memimpin menjalankan misi organisasinya melalui serangkaian kebijakan dan tindakan yang progressif menapaki tahapan-tahapan pencapaian tujuannya, adaptif terhadap segala perubaahan dan tantangan yang dihadapi, serta efisien dan efektif dalam pengelolaan segala sumberdaya yang dimilikinya. Pemimpin yang visoner menjalankan kepemimpinannya dengan dukungan penuh dari seluruh staf dan semua pihak yang terkait dengannya, disebabkan kepiawaiannya dalam meyakinkan mereka bahwa apa yang mereka laksanakan akan memberikan yang terbaik buat semua pihak.

2.      Karakteristik Pemimpin Visioner

Sehubungan dengan kedudukan dan peranan kepemimpinan yang strategis, maka agar kepemipinan yang bersangkutan mampu bekerja secara maksimal sangatlah dibutuhkan sifat-sifat atau kemampuan tertentu dari diri pemimpin yang bersangkutan. Iskandar menyebutkan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu: memiliki empati yang tinggi; merupakan anggota dari kelompok; penuh pertimbangan, kebijaksanaan dan arif; lincah dan bergembira, baik dalam suka maupun duka; memiliki emosi yang stabil; memiliki keinginan dan ambisi untuk memimpin; memiliki kompetensi; memiliki intelegensi yang cukup; konsisten dan sikapnya dapat diramalkan; memiliki kemampuan untuk berbagi kepentingan dengan anggota yang lain (Iskandar Jusman, 1999)

Seorang pemimpin harus menjadi pusat komunikasi, untuk dapat menyampaikan pikiran dan keinginannya kepada sekitarnya, namun juga sensitive/peka untuk menerima semua informasi dari lingkungannya. Sebab, jika seorang pemimpin mau memaksakan pikiran dan ide-ide sendiri saja, dan tidak peka terhadap isyarat-isyarat yang diberikan oleh lingkungan, maka tidak ubahnya dia itu bertingkah laku sebagai pemain orkes tunggal yang diktatoris dan otokratis. Dan pemimpin yang seperti itu menganggap dirinya paling super dalam segala hal. Dia dihormati lingkungannya, mengikuti sesama dan para pengikutnya pandai dalam bertimbang rasa, selau bersikap rendah hati, luwes, terbuka dan reseptif tanpa dibebani perasaan-perasaan superior yang bisa membuat dirinya menjadi angkuh dan sewenang-wenang terhadap lingkungannya.

Kepemimpinan visioner memiliki ciri-ciri yang menggambarkan segala sikap dan perilakunya yang menunjukkan kepemimpinannya yang berorientasi kepada pencapaian visi, jauh memandang ke depan dan terbiasa menghadapi segala tantangan dan ressiko. Diantara cirri-ciri utama kepemimpinan visioner adalah:

a.       Berwawasan ke masa depan, bertindak sebagai motivator, berorientasi pada the best performance untuk pemberdayaan, kesanggupan untuk memberikan arahan konkrit yang sistematis.

b.      Berani bertindak dalam meraih tujuan, penuh percaya diri, tidak peragu dan selalu siap menghadapi resiko. Pada saat yang bersamaan, pemimpin visioner juga menunjukkan perhitungan yang cermat, teliti dan akurat. Memandang sumber daya, terutama sumberdaya manusia sebagai asset yang sangat berharga dan memberikan perhatian dan perlindungan yang baik terhadap mereka

c.       Mampu menggalang orang lain untuk kerja keras dan kerjasama dalam menggapai tujuan, menjadi model (teladan) yang secara konsisten menunjukkan nilai-nilai kepemimpinannya, memberikan umpan balik positif, selalu menghargai kerja keras dan prestasi yang ditunjukkan oleh siapun yang telah memberi kontribusi.

d.      Mampu merumuskan visi yang jelas, inspirasional dan menggugah, mengelola ‘mimpi’ menjadi kenyataan, mengajak orang lain untuk berubah, bergerak ke ‘new place’. Mampu memberi inspirasi, memotivasi orang lain untuk bekerja lebih kreatif dan bekerja lebih keras untuk mendapatkan situsi dan kondisi yang lebih baik.

e.       Mampu mengubah visi ke dalam aksi, menjelaskan dengan baik maksud visi kepada orang lain, dan secara pribadi sangat commited terhadap visi tersebut.

f.       Berpegang erat kepada nilai-niliai spiritual yang diykininya. Memiliki integritas kepribadian yang kuat, memancarkan energy, vitalitas dan kemauan yang membara untuk selalu berdiri pada posisi yang segaris dengan nilai-nilai spiritual. Menjadi orang yang terdepan dan pertama dalam menerapkan nilai-nilai luhur, sebagimana yang diungkapkan oleh Mahatma Gandhi: “I must first be the change I want to see in my world.”

g.      Membangun hubungan (relationship) secara efektif, memberi penghargaan dan respek. Sangat peduli kepada orang lain (bawahan), memandang orang lain sebagai asset berharga yang harus di perhatikan, memperlakukan mereka dengan baik dan ‘hangat’ layaknya keluarga. Sangat responsive terhadap segala kebutuhan orang lain dan membantu mereka berkembang, mandiri dan membimbing menemukan jalan masa depan mereka

h.      Innovative dan proaktif dalam menemukan ‘dunia baru’. Membantu mengubah dari cara berfikir yang konvensional (old mental maps) ke paradigma baru yang dinamis. Melaklukan terobosan-terobosan berfikir yang kreatif dan produktif. (‘out-box thinking’). Lebih bersikap atisipatif dalam mengayunkan langkah perubahan, ketimbang sekedar reaktif terhadap kejadian-kejadian. Berupaya sedapat mungkin menggunakan pendekatan ‘win-win’ ketimbang ‘win-lose’.


B.     Penerapan Kepemimpinan Visioner di SDN Mekarrahayu

Kepala sekolah merupakan posisi yang sangat penting dalam suatu sekolah. Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang bersifat unik karena sekolah memiliki karakter tersendiri, dimana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan manusia. Karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah.

Secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seseorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepala sekolah dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi bagi para staf dan para siswa. Kepala sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui tugas-tugas mereka dan mereka yang menentukan irama bagi sekolah mereka. Rumusan tersebut menunjukkan pentingnya peranan kepala sekolah dalam menggerakkan kehidupan sekolah guna mecapai tujuan. Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi kompleks yang unik, serta mampu melaksanakan perannya dalam memimpin sekolah.

Setiap jabatan menggambarkan status yang diemban pemegangnya. Status itu, pada gilirannya, menunjukkan peran yang harus dilakukan pejabatnya. Peran utama yang harus diemban oleh kepala sekolah yang membedakannya dari jabatan-jabatan kepala lainnya adalah peran sebagai pemimpin pendidikan. Kepemimpinan pendidikan mengacu pada kualitas tertentu yang harus dimiliki kepala sekolah untuk dapat mengemban tanggung jawabnya secara berhasil. Kepala sekolah harus tahu persis apa yang ingin dicapainya (visi) dan bagaimana mencapainya (misi). Kepala sekolah yang visioner sangat memahami betapa pentingnya mengajak semua pihak terkait dalam sekolahnya untuk bersama-sama mewujudkan visi yang telah dirumuskan bersama. Implikasi sifat visioner, kepala sekolah harus memiliki sejumlah kompetensi untuk melaksanakan misi guna mewujudkan visi itu, dan selanjutnya kepala sekolah juga harus memiliki sejumlah karakter tertentu yang menunjukkan integritasnya.

Kepala sekolah yang bertanggung jawab berusaha mengetahui visi sekolahnya. Jika belum ada, mereka akan berusaha merumuskannya dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan. Visi itu kemudian disosialisasikan sehingga menjadi cita-cita bersama. Selanjutnya ia akan berusaha secara konsisten untuk terus berupaya menggalang komitmen untuk mewujudkan visi itu. Ia tidak akan berdiam diri membiarkan visi itu menjadi rumusan indah yang menghiasi dinding kantornya..

Frank Martinelly (2007) menguraikan startegi bagaimana seharusnya menjadi pemimpin yang visioner. Menurutnya ada 5 langkah yang semstinya dilakukan:

Strategy 1 – Fokus kepada Tujuan Organisasi

Seluruh tindakan dan pengambilan keputusan harus di arahkan kepada semata-mata upaya pencapaian tujuan final dari organisasi. Hal ini dilakukan guna menghindari segala kecenderungan dan ‘godaan’ penyitaan energi dan pemborosan sumber daya kepada hal-hal kecil dan tidak prinsip yang mungkin timbul. Untuk menjaga agar semua rencana aksi focus kepada tujuan organisasi, memerlukan kekompakkan dan pemeliharaan hubungan antara pimpinan dan seluruh staff/karyawan.

Strategy 2 – Membuat Rencana Jangka Panjang

Permusan jangka panjang akan menuntun kepada langkah yang jelas sampai 5-10 tahun ke depan, siapa-siapa saja yang akan memimpin dan bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan tersebut, kompetensi kepemimpinan yang bagaimana yang diperlukan, lalu bagimana disain pengembangan kepemimpinannya?. Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini perlu membentuk semacam komite yang ditugaskan untuk menyiapkan langkah-langkah strategis pencapaian tujuan jangka panjang, yang lingkup tugasnya antara lain: melakukan rekrutmen, seleksi, orientasi, pelatihan, performance assessment dan penetapan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Strategy 3 – Mengembangkan Visi bagi masa depan organisasi.

Kunci perumusan visi adalah menjawab pertanyaan: apabila kita menginginkan dan bermimpi akan seperti dan menjadi apa organisasi kita kelak di kemudian hari?. Begitu rumusan visi telah dibuat, maka seharusnya visi tersebut akan menjadi inspirasi bagi seluruh aktivitas organisasi, baik dalam rapat-rapat, dalam perbincangan, dalam menghadapi segala tantangan dan peluang, dalam arena kerja. Begitu visi telah dirumuskan, maka saat itu pula, visi disampaikan ke seluruh pihak terkait di dalam organisasi, bahkan ke ruang-ruang public di luar organisasi.

Strategy 4 – Selalu berada dalam kondisi siap dan dinamis untuk perubahan.

Selalu siap berubah dengan cepat akan terbantu dengan menyajikan informasi-informasi mutakhir tentang segala perubahan yang terjadi di luar organisasi yang berpotensi berdampak kepada organisasi 3-5 tahun ke depan. Dorong dan fasilitasi anggota orgasnisasi untuk membaca, mendengar dan mencari tahu segala hal yang terkait dengan kejadian-kejadian dan berita yang relevan dengan tuntutan perubahan. Kemudian setelah itu munculkan pertanyaan yang menantang: sejauhmana organisasi mampu secara efektif merespon perubahan dan kecenderungan-kecenderungan tersebut? Bagaimana pula organisasi lain yang sejenis menyiapkan diri mereka menghadapi perubahan-perubahan ini? Pertanyaan-pertanyaan iti seyogyanya akan dapat memicu dan memacu anggota organisasi untuk berfikir dan memposisikan diri mereka untuk siap berubah.

Strategy 5 – Selalu mengetahui perubahan kebutuhan konstituen/pelanggan.

Keinginan dan kebutuhan pelanggan seringkali mengalami perubahan. Oleh karena itu, seharusnya organisasi menyediakan informasi-infromasi aktual yang terkait dengan hal ini. Survey kepuasan pelanggan, kontak langsung dengan pelanggan, mengefektifkan layanan ’customer care’, adalah beberapa cara yang dapat dilakukan agar orgnisasi selalu mengetahui harapan dan keinginan pelanggan yang baru. Dengan demikian organisasi akan selalu siap untuk melakukan perubahan dan perbaikan untuk menjaga kepuasan pelanggan.

Sementara itu, Robert Starrat (1995)[9] menekankan pentingnya melakukan pelembagaan visi dengan cara selalu mengkaitkannya dala setiap pengambilan keputusan, perumusan kebijakan, penyusunan prosedur pelaksanaan program, langkah-langkah evaluasi. Bahkan menurutnya, sampai pada isi kurikulum (dalam lembaga pendidikan), penganggaran (budgeting) seharusnya juga mencantumkan visi dalam dokumen-dokumen yang terkaitnya. Menurutnya, kalau hal ini tidak dilakukan, visi yang telah dicanangkan secara perlahan akan kehilangan kredibilitasnya.

Di atas segalanya dari sekian banyak strategi, seorang pemimipin harus mampu menciptakan terlebih dahulu iklimdan budaya untuk suatu perubahan. Kepada seluruh pihak terkait, pemimpin harus terus dan sering, dengan antusias, menyuarakan pentingnya perubahan demi kebaikan,mendorong semangat kepada seluruh lini, mengungkapkan contoh-contoh kesuksesan, memberikan teladan dan tentu saja harus sering nampak bekerja keras bersama mereka. Pada sisi yang lain, perlu juga diperhatikan bahwa mengawal perubahan memerlukan kesabaran dan kemakluman akan berbagai hambatan materil ataupun non materil. Seringkali didapatkan berbagai kesalahan dan hambatan psikologis di awal-awal perubahan. Pada masa-masa transisi, pemimpin harus bersabar, mendampingi seluruh staff dengan bijaksana, mudah memberi bantuan dan arahan.

Diterapkannya Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, maka sekolah sebagai komponen organisasi pendidikan tingkat mikro ini telah diberi keleluasaan dalam memanaj institusinya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungannya. Dengan demikian pemimpin di institusi ini (kepala sekolah) memiliki fungsi yang sama dengan fungsi pemimpin pada organisasi formal lainnya. Kepemimpinan visioner kepala sekolah sangat dibutuhkan pada lembaganya disebabkan karena: (a) perkembangan iptek begitu cepat dan akan berpengaruh pada semua aspek kehidupan, termasuk teknologi pendidikan, (b) era global akan menyebabkan lalu lintas tenaga kerja sangat mudah, sehingga akan banyak tenaga kerja asing berimigrasi antar negara, (c) era informasi menyebabkan siswa mendapatkan informasi dari berbagai sumber secara cepat, sehingga guru nanti bukan lagi satu-satunya sumber informasi iptek, (d) era global akan berpengaruh terhadap perilaku dan moral manusia sehingga sekolah diharapkan berperan menanamkan nilai-nilai akhlak, (e) kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan bermutu ternyata paralel dengan persaingan antar sekolah untuk menggaet anak jenius dengan orang tua yang penuh perhatian terhadap upaya pendidikan, sehingga sekolah yang mutunya jelek akan ditinggalkan, (f) di era global seperti AFTA, maka tidak menutup kemungkinan akan terbuka peluang pembukaan cabang sekolah asing di tiap-tiap negara anggotanya termasuk Indonesia, sehingga persaingan antar lembaga pendidikan ini akan sangat tinggi. Tantangan tersebut harus direspons oleh sekolah, hingga visi sekolah harus mampu mengakomodasi dan memanfaatkan peluang yang terkandung pada perkembangan tersebut.

Dalam mengimbangi berbagai keadaan yang begitu cepat berubah, kepala sekolah tidak hanya dituntut sebagai educator, dan administrator, melainkan juga harus berperan sebagai manajer dan supervisor yang mampu menerapkan manajemen yang bermutu (Wahyudi:2009). Indikasinya ada pada iklim kerja dan proses pembelajaran yang konstruktif, berkreasi, dan berprestasi. Manajemen sekolah tidak lain berarti pendayagunaan dan penggunaan sumberdaya yang ada dan dapat diadakan secara efisien dan efektif untuk mencapai visi dan misi sekolah. Sehingga kepala sekolah merupakan ruh sekolah bersangkutan. Sederhananya, keberhasilan sekolah tergantung pada teknik kepala sekolah mengelola manusia dan sumberdaya yang ada di sekolah, dengan merencanakan, mengorganisasi, mengadakan staf, mengarahkan orientasi/sasaran, mengkoordinasi, memantau, dan menilai/mengevaluasi.

Dalam kegiatan perencanaan, garapan bidang sasaran dibagi, dipilah, dikelompokkan serta diprioritaskan, dengan memperhatikan hasil pertimbangan partisipatif. Begitu pula pengadaan staf, yang dilakukan adalah berpikir tentang siapa yang diperlukan dan dipercayakan dalam bidang garapan itu, bagaimana mengerjakannya, kapan mulai dan kapan selesai. Sehingga sebagai seorang manajer, kepala sekolah bertanggungjawab dan yakin bahwa kegiatan-kegiatan yang terjadi di sekolah adalah menggarap rencana dengan benar lalu mengerjakannya dengan benar pula.

Perilaku kepemimpinan visioner harus dapat:

1.      Menciptakan dan mengkomunikasikan visi dan tujuan

2.      Melaksanakan pemikiran dan perencanaan strategis dan fleksibel

3.      Memfasilitasi rekan kerja, bawahan, dan perkembangan tim

4.      Memfasilitasi perkembangan organisasi

5.      Melindungi individu dari kekuatan yang merusak

6.      Melindungi organisasi dari kekuatan yang merusak

7.      Mencari dan mengkomunikasikan konsensus antar tim

8.      Mengspesifikasi pedoman hidup, nilai-nilai, dan menciptakan budaya

9.      Menciptakan cara pandang

10.  Memotivasi orang-orang untuk bertindak.

C.    Permasalahan Dalam Penerapan Kepemimpinan Visioner di SDN Mekarrahayu

Untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1.      Diri Pemimpin. Kepribadian, pengalaman masa lampau, latar belakang, dan harapan pemimpin sangat mempengaruhi efektivitas kepemimpinan di samping gaya kepemimpinan yang dipilih.

2.      Ciri Atasan. Gaya kepemimpinan atasan (dalam sebuah organisasi) sangat mempengaruhi orientasi pemimpin (organisasi) tersebut).

3.      Ciri Bawahan. Respon yang diberikan oleh bawahan akan menentukan efektivitas kepemimpinan. Latar belakang pendidikan bawahan sangat menentukan pula cara pimpinan menentukan gaya kepemimpinan.

4.      Persyaratan Tugas. Tuntutan tanggungjawab pekerjaan bawahan akan mempengaruhi gaya kepemimpinan atasan.

5.      Perilaku dan harapan rekan. Rekan sekerja atasan/pemimpin merupakan kelompok acuan yang penting. Pendapat / masukan yang diberikan rekan-rekan sejawat pemimpin akan mempengaruhi efektivitas hasil kerja pimpinan.

Dalam menjalankan kepempinan visioner di SDN Mekarrahayu mash menghadapi berbagai permasalahan yaitu:

1.      Pemimpin visioner belum memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”

2.      Pemimpin visioner belum memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang plaing penting, dapat "relate skillfully" dengan orang-orang kunci di luar organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan).

3.      Pemimpin belum memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision).

4.      Pemimpin visioner belum memiliki atau mengembangkan "ceruk" untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi  guna memperiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.















BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


A.  Kesimpulan

Kepemimpinan sangat berpengaruh dalam proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah, agar pengaruh yang timbul dapat meningkatkan kinerja personil secara optimal. Maka pemimpin harus memiliki wawasan dan kemampuan dalam melaksanakan gaya kepemimpinan.

Kepemimpinan visoner adalah kepmimpinan yang mampu menggerakkan seluruh sumberdaya menjalankan misi agar dapat mendekati visi yang ditetapkan. Kepemimpinan visioner memahami wawasan jauh kedepan dan memiliki kemampuan membawa organisasinya berkembang dan mampu menghadapi segala tantangan zaman.

Menjadi seorang pemimpin yang visioner dituntut harus memahami : 1) konsep visi, 2) karakteristik dan unsur visi, dan 3) tujuan visi. Hal ini perlu dikuasai agar bisa menjadi perekayasa masa depan, agen perubahan, penentu arah organisasi yang menjadi prioritasnya, pelatih dan pembimbing yang profesional. Dengan memahami tentang Visi, diharapkan seorang pemimpin dapat melakukan perubahan dalam menampilkan kekuatan manajerial dan pembentukan ciri khas budaya guna merubah masa depan pendidikan yang produktif (sesuai kebutuhan dan tuntutan zaman), sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang handal sesuai harapan dan tujuan yang telah ditetapkan.


4.      Saran

1.      Guru disarankan untuk mempertahankan suasana kerja yang kondusif di sekolah sehingga dapat mempertahankan adanya komitmen afektif terhadap organisasi (sekolah)

2.      Kepala sekolah berusaha mempertahankan persepsi yang positif dari para gurunya, misalnya meluangkan waktu bersama para guru (tidak mengekslusifkan diri), dengan demikian akan terjalin kedekatan antara kepala sekolah dan para gurunya.

3.      Kepala sekolah lebih meningkatkan kualitas komunikasi antara kepala sekolah dengan para gurunya, misalnya dengan secara periodik mengadakan rapat evaluasi dan di dalamnya guru diperkenankan mengajukan ide kreatif mengenai kemajuan serta usaha pengembangan sekolah












DAFTAR PUSTAKA


Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel, artikel. “Makna Kepemimpinan” . Tersedia di: http:// agungadiono.blogspot.com


Gaffar, M.F. (1994). Visi: Suatu Inovasi dalam Proses Manajemen Strategik Perguruan Tinggi. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dal Ilmu Pendidikan dengan Spesialisasi Manajemen dan Perencanaan Pendidikan pada Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Bandung:IKIP Bandung


Hanafi, Mamduh.M. (2003). Manajemen. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.


Handoko, T.H. (1992). Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM


Hughes, Richard L, et al., (2006). “Leadership. Enhancing the Lesson of Experience”. Int’l ed. Boston: Mc Graw Hill


James M Lipham. (1985). The Principal Concepts, Competencies, and Cases. New York: Longman Inc.


Kambey, D.C. (2006). Landasan Teori Administrasi/Manajemen. Manado: Yayasan Tri Ganesha


Martinelli, Frank, “ Encouraging Visionary Board Leadership”, The Center for Public Skills Training. http://www.createthefuture.com


Mulyasa, E. (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosda Karya


Mulyono. (2008). Manajemen Administrasi & organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media


Nanus, B. (2001). Kepemimpinan Visioner; Menciptakan Kesadaran akan arah dan Tujuan di  Dalam Organisasi. Alih Bahasa: Frederik Ruma. Jakarta: Prenhallindo.


Robbins, S.P. (1994). Teori Organisasi; Struktur, Desain & Aplikasi. Edisi 3. Alih Bahasa Jusuf Udaya. Jakarta: Arcan


Suryosubroto, B. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta


Usman, Husaini. (2009). Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara


Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization). Bandung: Alfabeta


Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, h. 349.


Yukl, Gary. (2009). Leadership in Organization (Kepemimpinan Dalam Organisasi). Jakarta: Indeks




Jadi Guru Itu Teramat Mulia

Standard
Ketika Jepang kalah melawan Sekutu pada saat Perang Pasifik dimana dua kota di Jepang yaitu Hiroshima dan Nagasaki di bom hingga luluh lantak, seorang Kaisar Jepang yang bernama Naruhito berjalan sambil melihat mayat yang bergelimpangan, beliau bertanya pada para Jendral nya.

Berapa jumlah guru yang tersisa....?” Dan disitulah titik balik yang melatar belakangi kebangkitan Jepang. Kaisar memberikan tanggung jawab yang besar kepada para guru disana agar Jepang bisa bangkit dan menjadi negara yang maju dan diperhitungkan di percaturan dunia kelak, dan kini terbukti sudah bahwa kini Jepang menjadi negara maju dan mumpuni di segala bidang.

Dari sepenggal cerita tersebut dapat disimpulkan bahwa Guru adalah profesi yang memiliki peran penting di suatu negara, sekelas Jepang sekalipun. Semangat para guru di Jepang dapat menjadi motivasi bagi kita sebagai seorang pendidik agar mampu memberikan yang terbaik untuk bangsa ini sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945, ..............mencerdaskan kehidupan bangsa....... . Tidak hanya di Jepang lahirnya kemerdekaan Negara Republik Indonesia pun atas sumbangsih para guru pada waktu itu, yang kita pelajari dari sejarah.

Ada Ki Hajar Dewantara, Kiai Ahmad Dahlan, Dewi Sartika, dan yang lainnya, mereka lah para tokoh pejuang pendidikan. Merekalah yang banyak berjasa demi kemajuan pendidikan bangsa

Menjadi Guru adalah pekerjaan yang mulia, menjadi seorang pendidik adalah amanat, sebuah tanggung jawab yang berat dan penuh tanggung jawab, menjadi seorang guru membutuhkan banyak talenta ( Multi Talent ). Jika seorang arsitektur atau seorang insinyur salah atau kurang tepat dalam memperhitungkan suatu rancangan bangunan maka yang akan hancur hanyalah bangunan yang akan dibuat tersebut artinya benda mati, tetapi jika seorang guru salah dalam menyampaikan suatu ilmu pada murid-muridnya yang akan hancur adalah sebuah Generasi bangsa dalam hal ini adalah mahluk hidup. 

Begitupun dengan orang-orang besar yang menjadi pemimpin di negara kita adalah salah satu bukti keberhasilan pendidikan, kita tidak bisa pungkiri kalau lah mereka bisa seperti itu salah satunya karena jasa para guru.

Dengan adanya Tunjangan Profesi guru yaitu Sertifikasi, kini guru menjadi salah satu sorotan publik. Dengan adanya Sertifikasi, guru kini menjadi profesi yang paling diminati diantara profesi-profesi yang lain. Menjadi guru sekarang adalah pekerjaan yang dapat dibanggakan, guru biasanya membuat anak-anak didiknya naik kelas sekarang gurunya sendiri naik kelas, dibuktikan dengan tingkat kehidupannya yang

Di era tahun 90-an kita sering diperdengarkan lagu Jasa Guru manakala stasiun televisi nasional dan satu-satunya yang mengudara yaitu TVRI  akan tayang di sore hari pada pukul 14.30 WIB. Masih ingatkah............?
Kita jadi bisa menulis dan membaca karna siapa.....
Kita jadi tau beraneka bidang ilmu jasa siapa......
Kita jadi pintar dibimbing Pak guru...
Kita jadi pandai di bimbing Bu guru...
Guru lah Pelita....Penerang dalam Gulita
Jasamu tiada tara...........................

Maka sudah sepantasnya kita hargai jasa para guru kita para pendidik kita, merekalah yang bisa menjadikan kita seperti sekarang ini, bahkan seorang tokoh bangsa memberikan julukan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Dan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai Jasa Para Pahlawannya.

Penulis : Ratih Rahmayati S.Pd, Guru SDN Mekarrahayu Cikadongdong Singaparna tsm
Mahasiswa Pasca sarjana Universitas Galuh Ciamis
   






Guru Qolbu

Standard
Guru merupakan figur amat penting dalam kehidupan manusia sepanjang masa. Pandangan masyarakat terhadap profesi guru sejak dulu terbentuk secara khusus, namun mengalami perkembangan, bahkan mengalami pula pasang surut. ( Witarsa,2014). Cukup lama, guru dijuluki sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, suatu anugerah penghargaan yang kemudian memudar manakala tingkat kesejahteraan finansial terus mengalami peningkatan, terlebih setelah penerapan Undang-undang Guru dan Dosen yang melahirkan tunjangan profesi/ sertivikasi

Ada sebuah kiasan yang berbunyi, “ guru ratu wong atua karo,” dulu, guru merupakan sosok yang amat disegani,dan wajib di hormati, dengan tingkat penghormatan yang setara dengan pemerintah dan orang tua. Penghargaan yang tinggi tersebut termanifestasi dalam berbagai bentuk, seperti sebutan pada sosok guru : juragan guru, juragan mantri ( bagi kepala sekolah ), tuan guru, dan pak guru, adalah salah satu contohnya.

Sikap membungkuk jika berpapasan dengan guru yang tidak hanya dilakukan oleh murid-muridnya, melainkan juga oleh orang dewasa, juga contoh dari perwujudan penghormatan tersebut. Kepercayaan terhadapp guru sebagai sosok yang mampu menjalankan tugas apapun, sejak lama terpatri dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Akan tetapi seiring perkembangan jaman, tingkat penghormatan dan penghargaan tersebut sedikit/banyak menunjukkan indikasi pelunturan. ( Witarsa,

Apapun bentuk reaksi, pandangan, dan penghargaan dari pihak luar, sudah seyogyanya guru yang baik adalah guru yang tetap istiqomah dalam menjalankan tugas, tak hanya tetap sesuai dengan aturan yang berlaku, akan tetapi juga dengan ketulusan hati dan pendasaran kinerja pada prinsif ibadah.

Menurut  Prof. DR. H. Moh. Surya, guru yang ideal seperti itu disebut sebagai “ Guru Qolbu “ Mantan Ketua PB PGRI tersebut mendefinisikan Guru Qolbu sebagai, “ guru yang melaksanakan peran tugasnya selaku pendidik dengan penuh ketulusan hati yang bersumber dari kebajikan qolbunya yang paling dalam.

            Menurut beliau ada tujuh ciri yang menjadi sumber terwujudnya Guru Qolbu. Ketujuh ciri tersebut adalah :
1). Keyakinan, yang benar-benar dipahami,diresapi, dan diamalkan dalam setiap gerak, langkah guru. Keyakinan ini bisa bersumber dari agama, budaya, pengetahuan, kehidupan sosial, dan sebagainya;
2). Kebenaran,  yang bersumber dari agama, budaya, pengetahuan, kehidupan sosial, dan sebagainya;
3). Keharuan rasa, yang akan menjadi tali pengikat batin dan hubungan emosional antara dirinya selaku pendidik dan muridnya;
4). Rendah Hati ( low profile ), yakni sikap untuk secara ikhlas menjadikan dirinya sebagai hamba Alloh yang melaksanakan tugasnya semata-mata karena wujud ibadah kepada Alloh SWT, tanpa dibarengi sikap sombong dan mentang-mentang;
5). Rasa cinta dan kasih sayang, yang menjadi dasar hubungan pedagogis antara dirinya selaku guru dan anak-anak didiknya;
6). Syukur, yakni sikap untuk senantiasa bersyukur atas segala hal yang telah ternikmati selama hidupnya;
7). Keutuhan diri, yang terwujud dalam seluruh perilakunya sebagai cerminan dari keutuhan

Dari paparan sang Bagawan Pendidikan Nasional di atas, kita dapat mengakar diri, apakah sudah layak disebut sebagai guru Qolbu, seperti halnya julukan sang Profesor itu pada figur Een Sukaesih, seorang guru yang mengabdi selama 28 tahun dengan kondisi lumpuh? Kalau belum seutuhnya sesuai dengan tujuh kriteria di atas, maka tidak ada salahnya apabila kita berusaha melakukan perenungan dan perbaikan. Tujuannya adalah, tentu saja untuk menempa diri menjadi Guru

Guru Qolbu yang dipaparkan diatas masih menurut beliau, adalah derajat guru yang paling tinggi diantara ketiga kategori guru lainnya, yakni Guru Aktual, Guru Harmonis, dan Guru Karakter. Guru Aktual adalah guru yang secara nyata menjadi guru dengan menjalankan peran dan tugasnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, akan tetapi dalam batinnya tidak semua penampilan kinerjanya berdasarkan pada jiwa, semangat dan nilai selaku guru. Guru yang bertugas atas prinsif formalitas, puraga tamba kadengda, dan membayar gaji yang telah dibayarkan di muka, nampaknya merupakan contoh dari guru kategori

Guru Harmonis adalah guru yang menampilkan dirinya sebagai guru dengan kemampuan mengelola diri agar tampil sebagai guru yang baik. Ia terlihat harmonis selaku guru, walaupun tidak seluruhnya berdasar pada kondisi pribadi yang menjadi tuntutan sebagai guru. Pertentangan antara kondisi pribadi dan tuntutan karier sebagai guru, namun ia mampu menserasikannya sehingga tetap terlihat

Guru Karakter adalah sosok guru yang terwujud berdasar karakter yang melekat pada dirinya dan merupakan bagian dari kepribadiannya yang sudah terbangun sejak kecil. Oleh karena itu, penampilan kinerjanya selaku guru sesuai, serasi, selaras, dan seimbang dengan karakter yang melekat pada dirinya. Penampilannya selaku guru sekaligus merupakan penampilan nilai

Dari keempat kategori tersebut, lagi-lagi kita dapat mengukur diri. Jika belum pantas dikategorikan sebagai Guru Qolbu, berada dikategori manakah kita? Sambil berusaha menemukan jawaban, maka tak ada salahnya apabila kita berusaha melakukan refleksi dan revarasi diri dengan tujuan menempa diri menjadi Guru Qolbu, Insya Alloh. (*)