Senin, 09 Mei 2016

TIDAK MUDAH MENJADI GURU

Standard
Ratih Rahmayati
Penulis
Ada sebuah pribahasa, Guru kencing berdiri Murid kencing berlari-lari adalah sebuah pribahasa yang menggambarkan seseorang yaitu Guru. Menurut peribahasa itu pula dapat diartikan bahwa seorang guru segala tingkah lakunya, tutur katanya dapat ditiru oleh anak didiknya. Disinilah letak permasalahannya bahwa sesosok guru harus bisa menjadi Role Model atau contoh yang baik atau suri tauladan bagi anak didiknya, karena anak didiknya akan meniru apa yang dilakukan oleh gurunya.

Sebagai contoh, seorang guru sedang menghadapi seorang anak yang sedang membuat onar di kelas ketika sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar, saking kesalnya guru tersebut mengeluarkan kata-kata seperti ini : “Maneh teh geus belet bangor deuih !” ( “Kamu itu sudah nakal bodoh lagi!). Nah kata-kata bodoh dan nakal itulah tanpa sadar akan terekam oleh otak anak tersebut, bahwa dirinya itu bodoh dan nakal, sehingga pabila suatu hari anak tersebut memaki orang lain atau temannya dengan bodoh dan nakal maka tidaklah menjadi heran karena gurunya mengajari anak didiknya ucapan dan makian.

Selain itu yang akan terjadi pada pribadi anak tersebut akan terekam bahwa dirinya itu memang bodoh dan nakal maka dia akan berbuat lebih nakal dan lebih bodoh lagi, karena gurunya telah memberi label atau cap sebagai anak bodoh dan nakal. Itu barulah contoh dari kesalahan lisan seorang guru, belum dilihat dari tingkah laku guru, ada kala seorang guru membuang puntung rokok dimana saja atau sembarangan, maka jangan heran kalau saat kita sebagai guru akan melihat anak didik kita sedang merokok masih lenkap dengan baju seragam sekolahnya lalu sisa puntung rokok yang habis dihisapnya lalu dilempar begitu saja persis dengan apa yang pernah diperontonkan gurunya,

                Guru..!...Guru, digugu dan ditiru, diyakini kalau ucapan guru ibarat ucapan raja bak petuah dewa yang harus dilaksanakan dan tingkah lakunya harus diturutkan. Ada kalanya seorang anak didik akan lebih takut pabila tidak menuruti perintah gurunya dibandingkan dengan tidak menuruti nasehat orang tuanya. Sebagai contoh, seorang anak diberi tugas oleh gurunya untuk membuat prakarya dengan bahan-bahan yang memang harus dicari di lingkungan sekitar, si anak tersebut akan segera mencari bahan-bahan untuk membuat prakarya dengan segera bahkan berlomba untuk menciptakan prakarya yang bagus agar nilai yang didapat memuaskan dan sebagai mana lumrahnya pabila salah satu bahan tidak didapat maka semua anggota keluarganya sibuk mencari bahan tersebut begitupun dengan kedua orang tuanya.  Tetapi bukti nyata, tatkala seorang anak disuruh oleh ibunya untuk membeli sesuatu di warung, si anak akan berkata : “ Iya nanti dulu,...!” atau “ Sebentar ma...!” padahal yang menyuruh adalah ibunya yang mengandungnya, yang melahirkannya!..???

                Dari kedua contoh nyata tersebut, betapa menjadi seorang guru yang baik dalam artian guru yang mampu memberi  teladan, tidaklah mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh kesadaran bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang mulia, apalagi di zaman seperti sekarang ini, dimana arus globalisasi begitu derasnya mempengaruhi semua aspek kehidupan dan salah satu diantaranya adalah dunia pendidikan dimana seorang guru bernaung di dalamnya.

Kiprah seorang guru sekarang ini di tuntut tidak hanya mentransfer ilmu tetapi dituntut pula untuk mendidik anak didiknya agar mampu berkiprah dan mempunyai moral yang baik di masa yang akan datang, yang tentu saja hal ini tidaklah mudah. Sebagai contoh dalam penguasaan bahasa asing, anak-anak sekarang ini mampu menguasai bahasa asing dengan hanya keseringan main games atu nonton film asing, yang kedua adalah penguasaan IPTEK atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, ditengah arus modernnisasi dimana tugas manusia dapt digantikan oleh mesin, masih banyak guru yang belum menguasai IPTEK sama sekali, misal Laptop. 

Laptop di dunia pendidikan sangatlah membantu dalam menyelesaikan administrasi kelas atau sekolah tetapi pada kenyataannya, jangankan untuk mengoprasikan laptop, menyalakan tombol nya pun masih kebingungan, menggeserkan mouse pun tidak mampu dengan alasan takut salah pijit. Sedangkan anak didik kita bukan hanya tau arti dari bahsa asing tersebut tetapi mampu berbicara dengan fasih bahasa asing tersebut. Begitupun dengan mengoprasikan saja tetapi mereka mampu merangkai mesin laptop sekalipun.

                Dan yang paling booming sekarang ini adalah internet.  Dulu di tahun 90 an, internet masih menjadi sesuatu yang aneh dan tentu saja memerlukan biaya yang tidak murah karena tidak dapat di akses disembarang tempat hanya di tempat-tempat tertentu saja tetapi sekarang? Internet sudah masuk desa lewat kemajuan teknologi, bahkan internet dapat diakses dengan mudah dimana saja melalui telepon genggam atau handphone. Itu semua adalah tantangan bagi seorang guru yang digugu dan ditiru. Kita sebagai seorang guru sebagai pendidik mau tidak mau harus mengikuti perkembangan zaman, artinya kita harus menguasai bahasa asing dan IPTEK untuk mengimbangi anak didik kita karena pengaruh negatifnya akan berdampak langsung pada moralitas anak didik kita. Jangan sampai karena ketidak tahuan kita sebagai guru terhadap teknologi maka kita hanya akan menjadi penonton rusaknya moral anak dan kita tidak mampu berbuat apa-apa tatkala virus HIV dan AIDS menjangkiti anak didik kita akibat dari pergaulan bebas yang diajarkan di dunia internet. Atau terbalik, karena pengaruh internet, seorang guru dapat melakukan perbuatan asusila pada siswanya, sehingga apa yang menjadi peribahasa Guru kencing berdiri Murid kencing berlari-lari akan berubah menjadi Guru kencing berdiri Murid berdiri mengencingi guru.

                Dari beberapa permasalahan di atas maka sungguh tidak mudah menjadi guru, guru disini artinya guru yang patut diteladani. Guru pun adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Tetapi manakala kita renungkan kembali apa ayng menjadi tujuan kita ketika diawal berkeinginan menjadi guru, tentulah kita akan termotivasi bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang mulia yang patut dibanggakan, guru dapat mengubah peradaban dunia, guru dapat mencetak generasi baru yang lebih handal, bahkan seirang sejarahwan mengatakan: Guru adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Guru Bak Pelita Penerang Dalam Gulita.  Jelaslah bahwa tanpa Guru sebuah negara tidak akan maju, tanpa guru tidak akan ada orang-orang hebat, tanpa guru tidak akan ada orang –orang yang menguasai IPTEK, tanpa guru tidak akan ada generasi penerus peradaban dunia, tanpa guru tidak akan ada peradaban generasi yang bermoral.

                Betapa mulianya jasa guru, maka sudah sepantasnya kita merubah pola pikir kita ( mine set ) kita sebagai guru. Kita sebagai guru lah yang harus pertama kali harus menguasai IPTEK, menguasai perkembangan bahasa asing dengan banyak meng-upgrade pengetahuan melalui seminar-seminar, workshop, pelatihan-pelatihan, lokakarya dan lain sebagainya. Gurulah yang harus mengendalikan itu semua agar kita beberapa langkah lebih maju dibandingkan dengan anak didik kita.

                Dengan kita menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, selain mempermudah pekerjaan kita juga mampu mengefektifkan waktu,  merencanakan pembelajaran dengan efektif, menambah pengetahuan dengan lebih cepat.

                Saya sebagai penulis juga seorang guru yang belum tentu baik dimata orang lain, tulisan ini hanya untuk perenungan saja dan bukan maksud untuk menggurui. Semoga apa yang disampaikan dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya.




0 komentar:

Posting Komentar